Pentingnya Ilmu Syar’i
Segala
puji hanya milik Allah. Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang berhak
diibadahi melainkan hanya Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada beliau beserta keluarganya,
para shahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga hari
kiamat.
Merupakan
sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwasanya ilmu syar’i adalah sesuatu yang
paling dibutuhkan dalam kehidupan setiap muslim. Sebagaimana tubuh manusia
butuh kepada gizi berupa makanan, maka hatinya pun butuh kepada cahaya iman, dan itu tidak akan
didapatkan kecuali dengan ilmu syar’i. Seorang yang memiliki ilmu tentang
agamanya akan dapat membedakan mana yang bermanfaat untuk dirinya dan mana yang
tidak bermanfaat. Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam bersabda :
”Barangsiapa yang Allah kehendaki
kebaikan untuknya maka Allah akan pahamkan ia tentang agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedudukan dan keutamaan ilmu syar’i
Ilmu syar’i memiliki
beberapa keutamaan yang sangat besar baik di sisi manusia maupun di sisi Allah.
Diantara keutamaan dan kedudukan yang terdapat dalam ilmu syar’i adalah:
1. Ilmu syar’i mengangkat derajat
seorang hamba
Ketahuilah wahai saudaraku, apabila
engkau memiliki ilmu dalam urusan agamamu ini maka Allah akan mengangkat
derajatmu di sisi-Nya dan di sisi para hamba-Nya meskipun engkau bukanlah
seorang anak raja ataupun pejabat. Allah berfirman:
“Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti atas apa yang kamu kerjakan.”(Al-Mujadilah:11)
2. Ilmu syar’i adalah warisan para nabi
Rasulullah telah meninggal dunia. Namun
demikian, beliau telah meninggalkan suatu warisan yang sangat berharga untuk
umatnya. Warisan itu tidak lain adalah ilmu syar’i. Dengan warisan inilah umat
islam akan mencapai kejayaan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam
bersabda:
“Barangsiapa
menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu (syar’i) maka Allah akan
bentangkan untuknya jalan diantara jalan-jalan surga.
Dan sungguh para malaikat itu merendahkan sayap-sayap mereka bagi orang yang menuntut ilmu karena ridho dengan apa yang ia perbuat.
Dan sesungguhnya apa yang ada di langit dan di bumi beserta ikan-ikan di lautan akan memintakan ampunan (kepada Allah) untuk seorang yang berilmu.
Dan sesungguhnya keutamaan seorang ahli ilmu atas seorang ahli ibadah laksana keutamaan bulan purnama atas bintang-bintang.
Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.
Dan sesungguhnya para nabi tidaklah meninggalkan warisan berupa dinar dan dirham, namun mereka memberikan warisan berupa ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya berarti ia telah memperoleh bagian yang besar.”
(Hadist riwayat Imam Ahmad dan yang lainnya)
Dan sungguh para malaikat itu merendahkan sayap-sayap mereka bagi orang yang menuntut ilmu karena ridho dengan apa yang ia perbuat.
Dan sesungguhnya apa yang ada di langit dan di bumi beserta ikan-ikan di lautan akan memintakan ampunan (kepada Allah) untuk seorang yang berilmu.
Dan sesungguhnya keutamaan seorang ahli ilmu atas seorang ahli ibadah laksana keutamaan bulan purnama atas bintang-bintang.
Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.
Dan sesungguhnya para nabi tidaklah meninggalkan warisan berupa dinar dan dirham, namun mereka memberikan warisan berupa ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya berarti ia telah memperoleh bagian yang besar.”
(Hadist riwayat Imam Ahmad dan yang lainnya)
3. Mempelajari ilmu syar’I adalah
termasuk ibadah
Menjadikan sebagian besar waktu yang kita miliki
untuk mempelajari tentang agama ini bukanlah sesuatu yang sia-sia. Bahkan itu
termasuk dari amal sholeh yang dapat mengantarkan seseorang kedalam surga. Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menempuh perjalanan
dalam menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR.Muslim)
5. Ilmu syar’I lebih berharga daripada
harta benda
Hal itu dikarenakan
ilmulah yang menjagamu dari adzab Allah, sedangkan harta yang engkau miliki
menjadikanmu letih dalam menjaganya karena takut kehilangan. Sungguh betapa
banyak manusia yang memiliki banyak harta namun hatinya senantiasa dalam
kegundahan, ia belanjakan hartanya itu untuk menghilangkan kegundahan yang
dirasakannya. Seandainnya saja ia memiliki ilmu syar’i, tentu ia akan
mendapatkan ketenangan dalam hatinya.
Wahai
saudaraku –semoga Allah merahmatimu-, setelah apa yang engkau baca dari keutamaan-keutamaan
ilmu syar’I yang mulia ini, maka aku berharap engkau mengetahui bahwa
mempelajari agama Islam yang mulia ini wajib bagi setiap muslim dan muslimah.
Karena bagaimana mungkin kita mengetahui apa yang membuat Allah cinta kepada
kita sedangkan kita tidak mau mempelajari syariat agama ini?! Maka tumbuhkanlah
semangat kalian wahai kaum muslimin untuk menuntut ilmu syar’I dan janganlah
kalian dilalaikan oleh musuh Islam dari mempelajari agama kalian. Jangan
biarkan syaitan mempermainkan agama kalian dan ia jauhkan kalian dari ilmu yang
telah Allah ajarkan melalui lisan rasul-Nya yang mulia. Belajarlah ...
belajarlah ... dan sisihkan waktumu untuk hadir dalam majlis ilmu. Engkau
dengarkan di sana ayat-ayat Al-Quran dibacakan, sunnah-sunnah Rasulullah
diajarkan, dan perkataan-perkataan ulama dijadikan sebagai nasihat dalam
keseharian.
Beliau shalallahu’alahi wa sallam juga bersabda:
“Apabila manusia menemui ajalnya maka
terputuslah amalannnya kecuali tiga hal: sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak yang sholeh.”( HR.Tirmidzi no.1376 dan An-Nasai no.3651 )
Sungguh apa yang disabdakan beliau
sangatlah patut untuk kita renungkan, karena ketika seseorang telah meninggal
berarti ia sudah kehilangan waktu untuk beramal sholeh dan yang dapat ia
harapkan hanyalah tiga hal ini. Padahal ketika itu ia sangat butuh kepada
amalan yang dapat menyelamatkan dirinya dari adzab Allah. Maka pahala dari
harta yang dahulu ia infaqkan akan terus mengalir kepadanya, ilmu yang dia
ajarkan kepada manusia akan menjadi simpanan akhiratnya, demikian pula seorang
anak yang sholeh akan senantiasa mendoakan ampunan untuk dirinya.
Perjalanan orang-orang mulia
Barangsiapa yang
tidak mau untuk merasakan panasnya terik matahari dan keletihan dalam menuntut
ilmu syar’i niscaya dirinya tidak akan mendapatkan kemuliaan disisi Rabbnya.
Lihatlah apa yang diperbuat Ismail bin ‘Ayyasy ketika mencari ilmu, kemuliaan
dan kepemimpinan. Dia berkata, ”Aku mewarisi empat ribu dinar dari ayahku dan
aku belanjakan untuk menuntut ilmu.”
Perumpamaan orang yang cinta terhadap
ilmu bagaikan orang yang rindu kepada kekasih yang dicintainya, sehingga ia
rela untuk membelanjakan harta dan menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu
tersebut. Inilah Imam Muhammad bin Ishaq bin Mandah,beliau bepergian dalam
rangka menuntut ilmu di saat ia berusia 20 tahun dan ia kembali ke kampung
halamannya saat umurnya telah mencapai 65 tahun. Beliau habiskan umurnya selama
45 tahun untuk menghadiri majelis-majelis ilmu dan belajar dari 1700 orang guru.
Tatkala ia kembali ke kampungnya, ia mengajarkan ilmu yang didapatkannya kepada
manusia.
Imam
Ibnu Jarir Ath-Thobari pergi menuntut ilmu disaat usianya dua belas tahun.
Ayahnya selalu memperhatikan biaya hidupnya dari waktu ke waktu. Beliau pernah
menuturkan, ”Pernah suatu waktu kiriman ayahku terlambat, maka aku membelah dua
lengan bajuku dan menjualnya serta menjadikan uang yang kudapat sebagai biaya
menuntut ilmu.”
Imam Ibnul Jauzi menceritakan kepada anaknya
tentang kisahnya dalam menuntut ilmu, ia berkata, ”Ketahuilah wahai anakku,
ayahku adalah seorang yang kaya raya dan tatkala meninggal ia meninggalkan
warisan yang banyak. Maka di saat aku telah mencapai baligh, mereka memberikan
kepadaku dua puluh dinar dan dua buah rumah dan mereka berkata kepadaku,
`Inilah warisan ayahmu`. Akupun mengambil beberapa dinar dan kugunakan untuk
membeli beberapa kitab ilmu. Aku pun menjual dua rumah itu dan hasilnya
kugunakan untuk menuntut ilmu. Ayahmu ini belum pernah terhina dalam menuntut
ilmu.”
Inilah
sedikit sejarah perjalanan para ulama dalam menuntut ilmu syar’i. Mereka
mengetahui bahwasanya kehidupan dunia hanyalah sebentar apabila dibandingkan
dengan kehidupan akhirat yang kekal. Mereka mengetahui bahwa tidak akan mungkin
kebahagiaan di surga diperoleh kecuali dengan ketaatan kepada Allah. Mereka pun
mengetahui bahwa ketaatan tidak akan mungkin terlaksana kecuali dengan
mengetahui apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan berupa amal-amal yang
sholeh. Maka mereka bersemangat untuk meraih keridhoan Allah dengan mempelajari
agama yang mulia ini berdasarkan Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu’alahi
wa sallam di atas pemahaman para sahabat beliau.
Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku diutus untuk membawanya adalah seperti hujan deras yang jatuh ke bumi. Maka di antara bagian permukaan bumi itu ada yang bagus sehingga dapat menyerap air lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang begitu banyak.
Dan diantaranya juga ada yang tandus namun dapat menahan air sehingga Allah memberikan manfaat kepada manusia dengan air tersebut, mereka minum dan mengairi tanaman mereka (dengan air tersebut). Dan di antara bagian bumi itu ada juga yang tidak bisa menahan air dan tidak bisa pula menumbuhkan rerumputan.
Itulah perumpamaan bagi orang yang memahami agama Allah dan dapat mengambil manfaat dari (ilmu dan petunjuk) yang Allah mengutusku untuk menyampaikannya, sehingga dia mengetahui (agama Allah) dan mengajarkannya (kepada manusia). Dan begitupula orang yang tidak menghiraukan dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang aku bawa.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku diutus untuk membawanya adalah seperti hujan deras yang jatuh ke bumi. Maka di antara bagian permukaan bumi itu ada yang bagus sehingga dapat menyerap air lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yang begitu banyak.
Dan diantaranya juga ada yang tandus namun dapat menahan air sehingga Allah memberikan manfaat kepada manusia dengan air tersebut, mereka minum dan mengairi tanaman mereka (dengan air tersebut). Dan di antara bagian bumi itu ada juga yang tidak bisa menahan air dan tidak bisa pula menumbuhkan rerumputan.
Itulah perumpamaan bagi orang yang memahami agama Allah dan dapat mengambil manfaat dari (ilmu dan petunjuk) yang Allah mengutusku untuk menyampaikannya, sehingga dia mengetahui (agama Allah) dan mengajarkannya (kepada manusia). Dan begitupula orang yang tidak menghiraukan dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang aku bawa.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Begitulah keutamaan
yang dimiliki para ulama. Mereka mengajarkan kebaikan kepada manusia
berdasarkan petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya. Mereka menasehati umat agar
kembali ke jalan Allah dan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Mereka
mengajak manusia untuk menjadi mulia dengan memiliki ilmu tentang Al-Quran dan
Sunnah yang merupakan warisan nabi kita yang mulia shallallahu’alahi wa
sallam.
Namun apa yang
terjadi pada generasi umat islam sekarang ini?! Kemana semangat mereka untuk
menimba ilmu dari para ulama. Jalan untuk mendapatkan ilmu telah diberikan
kemudahan oleh Allah. Mereka tidak perlu melewati gurun ataupun menyeberangi
lautan untuk mendengar hadits Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam.Tapi
sungguh musuh-musuh Islam telah melalaikan mereka dari menuntut ilmu. Iblis
telah berhasil menjerat mereka dalam kemaksiatan. Generasi muda umat ini
sebagian besarnya lebih suka bersenang-senang dengan kehidupan dunia, mereka
merasa tidak perlu untuk mempelajari sunnah-sunnah Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam . Ini
merupakan sesuatu yang menyedihkan bagi umat ini.
Namun
ketahuilah bahwa akan senantiasa ada dari umat ini orang-orang yang berpegang
teguh kepada agama Allah. Merekalah orang-orang yang senantiasa mempelajari
Kitabullah dan Sunnah Rasul dengan benar. Maka semoga Allah jadikan kita
termasuk dari mereka. Aamin.
Untuk
mengakhiri tulisan ini maka aku berdoa hanya kepada Allah agar Ia senantiasa
melapangkan hatimu untuk mempelajari ilmu syar’i dan mengetahui Islam dengan
benar. Sesungguhnya Allah-lah yang membolak-balikkan hati manusia.
Wallahu a’lam Ust. Suhuf
Subhan, Mpdi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar