Syaikhul Islam rahimahullah
menyatakan: “ Cinta kepada Rasulullah termasuk kewajiban terbesar dalam
agama”. (Ar-Radd ‘alal Akhna’i : 231). Tidak sempurna iman seorang hamba
kecuali dengannya.
Allah telah menggandengkan kecintaan
kepada Rasulullah dengan kecintaan kepada-Nya serta menjadikan ancaman terhadap
orang yang mengutamakan kecintaan kepada segala sesuatu yang – menurut tabiat-
dicintainya, baik karib kerabat, harta benda, tanah air, maupun yang lainnya
daripada kecintaan kepada-Nya dan Rasul-Nya.
Allah berfirman, yang artinya :
“
Katakanlah, Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik”
(QS. At-Taubah: 24)
Al-Qadhi ‘Iyadh menjelaskan, “Ayat
yang mulia ini cukup menjadi anjuran dan bimbingan serta hujjah untuk
mewajibkan mencintai Beliau dan kelayakan Beliau untuk mendapatkan kecintaan
tersebut. Karena itu, Allah menegur kepada orang yang menjadikan harta, keluarga,
anaknya lebih dicintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta mengancam mereka
dengan firman-Nya, yang artinya: “Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya”. Pada akhir ayat, Allah menamakan mereka sebagai orang fasik
serta memberitahukan bahwa mereka termasuk sesat dan tidak mendapatkan petunjuk
Allah. (Huququn Nabi : 1/301/302)
Allah mewajibkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk mencintai Rasulullah melebihi dirinya sendiri,bahkan
mengalahkan kecintaannya kepada seluruh insan selain Beliau, siapapun
dia. Disebutkan dalam sabda Beliau yang artinya : “ Tidak sempurna iman salah
seorang dari kalian sehingga menjadikan Aku lebih ia cintai dari pada orang
tuanya, anaknya, dan seluruh manusia. (HR. Bukhori : 15, Muslim : 70) Imam Ibnu
Baththal menerangkan: Maknanya, bahwa barang siapa yang sempurna imannya, maka
ia mengetahui bahwa hak Nabi atas dirinya lebih besar dari pada hak
ayahnya, anaknya, dan semua manusia (yang lain), karena melalui Beliau itulah
kita dapat selamat dari api neraka dan diberi petunjuk dari kesesatan.
(Syarhu Shohih Muslim Lin-Nawawi : 2/14 )
Hakekat
Cinta Rasulullah
Cinta Rasulullah merupakan bagian
dari cinta kepada Allah. Cinta Kepada Allah menuntut konsekuensi mencintai
semua yang Allah cintai. Dan Allah mencintai Nabi dan kekasih-Nya
Muhammad, sehingga cinta kepada Rasulullah termasuk kecintaan kepada Allah.
Imam Ibnul Qoyyim berkata : “Semua
kecintaan dan pengagungan kepada manusia diperbolehkan hanya karena ikut kepada
kecintaan Allah dan pengagungan-Nya, seperti cinta dan pengagungan kepada
Rasulullah. Kecintaan tersebut merupakan kesempurnaan dalam mencintai dan
mengagungkan Dzat yang mengutusnya. Umatnya mencintai Beliau karena Allah
mencintainya. Merekapun mengagungkan dan memuliakan Beliau karena Allah
memuliakan-Nya”. (Jala’ Al-Afham : 205)
Dengan demikian, cinta kepada
Rasulullah mengharuskan kita untuk mencontoh dan bersikap sama dengan
Rasulullah dalam segala hal yang dicintai dan dibencinya. Kita mencintai semua
yang dicintai Rasulullah dan membenci semua yang dibenci Beliau, serta ridho
dengan semua yang diridhoi Beliau dan marah terhadap semua yang Beliau marah
padanya. Kemudian mengamalkan semua tuntutan cinta dan benci tersebut dengan
amal perbuatan. (Huququn Nabi : 1/289)
Cinta merupakan sesuatu yang membutuhkan
bukti dan memiliki tanda yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kebenaran
pengakuan cinta. Karena bila pengakuan tidak diwujudkan dengan bukti, apalah
sebuah pengakuan?. Bukti dan tanda-tanda tersebut menunjukkan kecintaan yang
hakiki. Semakin banyak memiliki bukti dan tanda tersebut, maka semakin tinggi dan
sempurna kecintaannya kepada Rasulullah.
Di antara bukti dan tanda-tanda
kecintaan kepada Raslullah sebagai berikut :
1.
Mencontoh dan menjalankan Sunnah Beliau
Mencontoh dan mengikuti Rasulullah serta berjalan di atas cara
beragama Beliau merupakan awal tanda cinta Rasul. Seseorang yang mencintai
Rasulullah dengan benar adalah yang mengikuti Rasulullah secara lahiriyah dan
bathiniyah, selalu menyesuaikan perkataan dan perbuatannya dengan sunnah
Rasulullah. Nabi bersabda yang artinya : “ Dan barang siapa yang menghidupkan
sunnahku maka ia telah mencintaiku. Dan barang siapa yang telah mencintaiku,
maka aku bersamanya di surga”.(HR At-Tirmidzi : 2678)
2.
Banyak mengingat dan menyebutnya
Di antara tanda seorang insan mencintai Rasulullah adalah tidak
akan membiarkan hari-harinya berlalu begitu saja tanpa mengingat dan menyebut
beliau.Tentunya dalam hal yang disyariatkan. Ini menjadi sebab tumbuh dan
berkesinambungannya kecintaan. Di antaranya dilakukan dengan :
a .
Menyampaikan shalawat dan salam kepada Beliau
Allah
berfirman,artinya :”Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi.Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepada Beliau”. (QS.Al-Ahzab : 56 ) Maksudnya
adalah Allah memuji Beliau di hadapan para Malaikat.Begitu pula mereka
bershalawat kepada kepada Beliau. Kemudian Allah memerintahkan kepada para
penghuni bumi untuk bershalawat dan mengucapkan salam kepada Beliau, agar
berpadu pujian para penghuni langit dan bumi semuanya untuk Beliau. (Tafsir
Ibnu Katsir : 3/669 )
Di
antara Keistimewaan shalawat ialah termasuk sebab terkabulnya do’a. Rasulullah
bersabda yang artinya : “ Setiap do’a akan terhalang (untuk dikabulkan)
hingga dibacakan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya”. ( HR. Ath-Thobroni
dan dinilai Hasan oleh Syaikh Al-Albani )
b .
Menyebut keutamaan dan kekhususan sifat, akhlak, dan perilaku yang
diberikan Allah kepada Beliau sehingga menjadikan Beliau sebagai contoh
Juga menyebut
mukjizat serta bukti kenabian untuk mengenal kedudukan dan martabat
Beliau.Dengan demikian, dapat mengenalkan kepada orang lain serta
mengingatkannya, sehingga semakin meningkatkan keimanan dan kecintaan kepada
Rasulullah.
Imam Ibnul
Qoyyim memaparkan : “ Tidak ada yang lebih menyejukkan hati dari pada menyebut
serta mengingat sang kekasih dan kebaikan-kebaikannya. Bila hal ini kuat dalam
hatinya maka lisannya langsung memuji dan menyebutkan
kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan berkurangya hal ini sesuai dengan bertambah
dan berkurangnya rasa cinta di hatinya”. (Jala’al-Afham : 525)
c .
Bersikap santun dan beradab dengan Beliau saat menyebut nama atau
memanggilnya
Allah berfirman
yang artinya : “ Janganlah kamu jadikan panggilan di antara kamu seperti
panggilan sebagian kamu kepada sbagian ( yang lain )”. (QS.An-Nuur : 63)
Imam Ibnul
Qoyyim menjelaskan : “ Adab tertinggi terhadap Rasulullah adalah berhukum dan
menerima serta tunduk dan taat hanya kepada Beliau”. (Madarijus Salikin : 2/387)
3.
Berharap untuk melihat Beliau dan rindu berjumpa dengannya
Tanda kecintaan ini dijelaskan oleh Rasulullah dengan sabdanya yang
artinya : “ Di antara umatku yang paling mencintaiku adalah orang-orang yang
hidup setelahku. Salah seorang dari mereka sangat ingin melihatku walaupun
menebus dengan keluarga dan harta”.( HR. Muslim : 5060 )
4.
Membaca Al-Qur’an,mempelajari, dan memahami maknanya
Al-Qodhi ‘iyadh menyatakan : “ Di antara tanda-tanda mencintai
Raslullah adalah mencintai Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya. Beliau mengambil
petunjuk dan membimbing ( manusia ) dengannya serta berakhlak
dengannya. Sehingga ummul mu’minin ‘Aisyah mengatakan : “ Sesungguhnya akhlak
Beliau adalah Al-Qur’an”. (
HR.Muslim ) shahabat yang mulia Abdullah bin mas’ud berkata : “ Apabila
seseorang mencintai Al-Qur’an maka berarti ia mencintai Allah dan Rasulnya”. (Huququn Nabi : 1/343)
5.
Mencintai orang yang dicintai Rasulullah
Di antaranya
adalah Ahli bait Rasulullah ( kerabatnya ), para istri Beliau, dan para Sahabat beliau.
a.
Ahli Bait ( kerabat )
Syikhul
Islam menjelaskan : “ Di antara pokok ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah
mencintai Ahli bait Rasulullah dan memberikan loyalitas kepada mereka serta
menjaga wasiat Rasulullah. Ahli bait Rasulullah adalah orang yang diharamkan
mengambil sedekah”. (Majmu’ Fatawa : 3/307,407)
b.
Para istri Beliau
Ahlus
Sunnah wal Jama’ah menjaga keutamaan dan hak-hak mereka serta meyakini mereka
tidak sama sperti para wanita lainnya ( QS.Al-Ahzab : 32 ). Allah menjadikan
mereka sebagai ibunda kaum mukminin (QS.Al-Ahzab : 6), sehingga diharamkan
untuk menikahi mereka setelah Rasulullah wafat (QS.Al-Ahzab : 53).
c.
Para Sahabat beliau
Imam Baihaqi
menerangkan: “ Para Sahabat Rasulullah memiliki hak dari kaum muslimin untuk
mencintai mereka dan mendekatkan diri kepada Allah dengan kecintaan kepada
mereka. Karena bila Allah meridhoi seseorang, maka Dia mencintainya dan wajib
atas seseorang hamba untuk mencintai orang yang dicintai Allah”. (Syu’abul Iman
: 1/287)
Wallahu A’lam bish Showab
Hifni
Nashif Umar Chottob
Sumber Rujukan :
1.
Tafsirul
Qur’anil ‘Adzhim karya Al-Hafizh Ibnu Katsir
Majalah
Assunnah, Fatawa