infaq

Anda dapat memberikan Donasi/Infaq (untuk penerbitan buletin ini) melalui: BRI Syariah a.n. Ahmad Sukhaemi no. rek. 1014442916

Jumat, 21 Februari 2014

MERAIH KHUSNUL KHOTIMAH


Husnul khatimah adalah suatu keadaan di mana seorang hamba diberikan taufiq sebelum kematiannya untuk dapat menahan dirinya dari segala yang dimurkai Allah Ta’ala, bertaubat dari dosa dan maksiat, serta senantiasa mengamalkan ketaatan dan kebaikan, hingga ia meninggal dalam keadaan yang baik tersebut. (Al-Khatimah, Khalid bin Abdurrahman Asy-Syayi’: 7)

Amal seorang hamba itu dinilai berdasarkan akhir dari perbuatannya. Bukankah Rasulullah bersabda: ”Amal perbuatan itu dinilai pada akhirnya”(HR Al-Bukhari : 2989, Muslim : 112)

Al-Hafidz Ibnu Rajab -Rahimahullah- mengatakan : ”Su’ul Khatimah (akhir hidup yang buruk) dikarenakan keburukan yang tersembunyi dari seorang hamba yang tidak tampak oleh orang lain, berupa amal buruk dan yang semisalnya. Sifat buruk inilah yang menyebabkan su’ul khatimah pada saat ia meninggal dunia. Terkadang, seseorang mengerjakan amalan penghuni neraka, sedangkan di dalam hatinya masih terdapat sifat yang baik. Kemudian, sifat yang baik ini menjadi lebih dominan pada akhir hayatnya, hingga hal itu membuatnya meraih husnul khatimah (akhir hidup yang baik)” (Jami’ul Ulum wal Hikam: 1/172)

MENUJU HUSNUL KHATIMAH

Orang yang ingin meraih husnul khatimah tentu akan berupaya untuk mendapatkannya dengan doa serta mengerjakan segala amal yang dapat mengantarkannya kepada tujuannya tersebut.

Hal-hal yang akan mengantarkan kepada husnul khatimah antara lain:

Takut kepada Allah dan khawatir dengan su’ul khatimah 

Adanya rasa takut yang disertai rasa harap akan mendorong lahirnya amalan-amalan yang baik. Rasulullah bersabda : ”Barangsiapa yang takut pada serangan musuh saat pagi hari, maka ia akan berjalan pada malam hari. Dan barangsiapa yang berjalan pada malam hari, maka ia akan sampai ke tujuan. Ketahuilah, barang dagangan Allah itu mahal. Dan ketahuilah, bahwa barang dagangan Allah itu adalah Surga” (HR. At-Tirmidzi : 2450, Al-Hakim : 2/421, Ahmad : 5/136, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shohihah : 954)

Karena itu, para Sahabat Radhiyallahu anhum dan generasi setelahnya merasa takut terhadap nifaq (sifat kemunafikan) kecil. Sebab, setiap mukmin pasti takut apabila nifaq kecil menimpa dirinya dan lebih takut lagi apabila nifaq yang semula kecil itu berubah menjadi nifaq besar justru pada akhir hayatnya. Pasalnya, keburukan yang tersembunyi dapat menjadi penyebab su’ul khatimah. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam : 1/172, 174)

Taubat dari segala perbuatan dosa dan maksiat serta mengiringinya dengan amal-amal sholih 

Menunda-nunda taubat termasuk penyebab su’ul khatimah. Orang yang bertaubat dari suatu dosa, maka ia seperti orang yang tidak mempunyai dosa tersebut (HR. Ibnu Majah : 2450, Ath-Thabrani : 1081, dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shohih Ibnu Majah : 2/418)

Namun, taubat yang dilakukannya harus diiringi dengan amal sholih.Setelah menyebutkan siksaan bagi orang-orang musyrik, orang yang membunuh orang lain tanpa alasan yang benar dan pelaku zina, maka Allah berfirman,yang artinya : “ kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan kebajikan, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.” (QS.Al-Furqon : 70)

Ada sahabat yang bertanya : “ Bagaimana Allah membuat seorang hamba melakukan amal-amal penghuni surga? Rasulullah menjawab : “Allah memudahkannya untuk beramal sholih sebelum ia meninggal dunia.” (HR. At-Tirmidzi : 2142,Al-Hakim : 1/240. Al-Hakim berkata: hadits ini shohih atas syarat Al-Bukhori dan Muslim, Adz-Dzahabi menyepakatinya)

Berdoa kepada Allah memohon husnul khotimah disertai sikap sangat butuh kepada Allah 

Rasulullah paling sering berdoa :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

“Ya Allah Yang Maha membolak-balikkan hati,tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR. At-Tirmidzi : 3522, Ahmad : 4/302,Al-Hakim : 1/525, dishohihkan oleh Al-Albani dalam shohih sunan At-tirmidzi : 3/171)

Di antara wujud ketetapan hati adalah teguh dalam memeluk agama Islam, tetap komitmen terhadap syariat yang ditetapkan Allah, teguh dalam memegang prinsip Islam, serta kuat dalam memegang janji. Ketetapan hati akan mendorong timbulnya kepercayaan dalam hati, merupakan syarat menuju keagungan serta keluhuran dunia dan akhirat, juga merupakan jalan mencapai tujuan.

Nabi juga mengucapkan doa:

اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيِا وَ عَذَابِ الْآخِرَةِ

“ Ya Allah, jadikanlah akhir semua urusan kami menjadi baik serta lindungilah kami dari kehinaan di dunia dan siksa di akhirat.” (HR.Ahmad: 4/181, Ath-Thobroni : 2/33, Al-Haitsami berkata: Para periwayatnya terpercaya)

Tidak banyak berangan-angan 

Tidak banyak berangan-angan mendorong seseorang untuk lebih memanfaaatkan waktunya dengan baik dan memperbanyak amal sholih.

Sahabat yang mulia Abdullah bin Umar berkata: “Apabila engkau berada pada sore hari, maka jangan menunggu waktu pagi. Dan apabila engkau berada berada pada pagi hari, maka jangan menunggu tiba waktu sore.Gunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu dan gunakanlah masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR.Al-Bukhori : 6416)

Benci berbuat maksiat dan menjauhinya 

Seorang muslim dituntut untuk membenci apapun yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya karena apabila manusia terus-menerus berbuat maksiat lalu ia meninggal dalam keadaan demikian, maka kematiannya tergolong su’ul khotimah. Bahkan, ia akan dibangkitkan dalam keadaan sebagaimana saat meninggalnya dahulu. Rasulullah telah memperingatkannya dengan bersabda : “Barang siapa yang meninggal dalam suatu keadaan, maka Allah akan membangkitkannya dalam keadaan seperti itu pula.” ( HR.Ahmad : 3/314, Al-Hakim : 1/340, dishohihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shohihah : 283)

Bersabar saat tertimpa musibah 

Setiap muslim dituntut untuk mampu bersabar dengan mengharap keridhoaan Allah serta pahala dan balasan-Nya pada saat menghadapi musibah. Berbagai macam musibah yang menimpanya dapat menghapuskan dosa dan kesalahannya.

Rasulullah telah memberikan kabar gembira dalam sabdanya :

tidaklah seorang muslim tertimpa musibah berupa sakit atau yang lainnya, melainkan Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR.Al-Bukhori : 5648, Muslim : 2571)

Berbaik sangka kepada Allah 

Hendaknya seorang hamba meyakini bahwa Allah tidak pernah berbuat zhalim dan tidak akan menzhalimi manusia sedikitpun.

Nabi bersabda : “Janganlah seseorang di antara kalian meninggal dunia, melainkan ia dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah.”(HR.Muslim : 2877)

Mengetahui keabadian nikmat yang disiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang beriman 

Mengetahui nikmat-nikmat yang kekal dapat mendorong kita untuk terus beramal dan konsisten dalam melaksanakan setiap ketaatan kepada Allah serta senantiasa mengharap balasan yang ada di sisi –Nya.

Hendaknya kita mengetahui bahwa tempat tinggal jiwa orang-orang yang beriman di alam barzakh adalah surga.

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya ruh seorang mukmin itu berupa seekor burung yang bertengger di pohon surga, hingga Allah mengembalikan ruhnya ke dalam jasadnya masing-masing pada hari ia dibangkitkan.” (HR.Ahmad : 3/455,An-Nasa’I : 2073, Ibnu Majah : 4271, dishohihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shohihah : 995)

Ya Allah tutuplah mata-mata kami dengan husnul khotimah dan mudahkanlah kami dalam mengerjakan amal-amal yang Engkau cintai. Aamiin. Alhamdu lillahi Robbil ‘alamin.

Ust. Hifni Nasif Umar Chottob

Sumber Rujukan : 
Ahkamul Janaiz fi dhou’il kitab was Sunnah karya DR.Said bin Ali bin Whf Al-Qohthoniy